-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Strategi Membendung Arus Radikalisme

2/12/2020 | 2/12/2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-02-13T07:03:39Z



Oleh * IRWANSYAH

RADIKALISME merupakan suatu paham atau gagasan yang menginginkan adanya perubahan sosial-politik dengan menggunakan cara-cara ekstrem. Termasuk cara-cara kekerasan, bahkan juga teror. Inti dari tindakan radikalisme adalah menginginkan adanya perubahan yang dilakukan secara drastis dan cepat, walaupun harus melawan tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.

Menurut DR Alex P SCHMID (2013), radikalisasi adalah proses di mana individu atau kelompok yang berubah dan memiliki kecenderungan menentang dialog dan kompromi dengan pihak yang berbeda dan cenderung memilih jalan konfrontasi dan konflik.

Pilihan ini disertai oleh dukungan terhadap penggunaan tekanan danstrategi memaksa (coersion) dengan jalan kekerasan atau non-kekerasan, legitimasi atau dukungan terhadap berbagai bentuk kekerasan, selain terorisme, untuk mewujudkan tujuannya  yang dianggap mulia, dan pada ujungnya bias berlanjut ke level tertinggi dalam bentuk kekerasan ekstrim atau terorisme.



Radikalisme, Embrio Lahirnya Terorisme. 
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkir balikkan nilai-nilai yang ada secara drastic lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.

Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikal, antara lain : Terbentuk dari respon terdapat kondisi yang sedang berlangsung, respon tersebut diwujudkan dalam bentuk evalusi, penolakan dan perlawanan, menggunakan kekerasan dalam mewujudkan keingiannya dan menganggap semua yang bertentangan dengannya bersalah.

Memiliki sikap dan pemahaman radikal saja tidak mesti menjadikan seseorang terjerumus dalam paham dan aksi terorisme. Ada faktor lain yang memotivasi seseorang bergabung dalam jaringan terorisme.

Motivasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : Faktor domestik, yakni kondisi dalam negeri yang semisal kemiskinan, ketidakadilan atau merasa Kecewa dengan pemerintah. Faktor internasional, yakni pengaruh lingkungan luar negeri yang memberikan daya dorong tumbuhnya sentimen keagamaan seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan imperialisme modern Negara adidaya. Dan faktor cultural, yang sangat terkait dengan pemahaman keagamaan yang dangkal dan penafsiran kitab suci yang sempit dan leksikal (harfiyah).

Dalam masa terakhir belakangan ini, penyebaran radikalisme memang cenderung meningkat. Kelompok radikal saat ini telah memanfaatkan internet untuk menyebarkan nilai-nilai provokasi hingga proses rekrutmen untuk terlibat dalam gerakan radikal di Indonesia.

Tentu saja paham radikal yang menjadi cikal bakal terorisme kian merebak di masyarakat, hal tersebut tentu menjadi sesuatu yang harus dilawan secara terstruktur, karena jika dibiarkan radikalisme dapat mengikis nilai-nilai nasionalisme yang dapat merugikan negara. Karena banyak masyarakat, utamanya pengguna internet yang terpapar paham radikal melalui dunia maya. 

Alasan seseorang menjadi radikal biasanya karena kepentingan personal dan ideologi financial. Kelompok radikal menyebarluaskan dengan menebar janji-janji kebutuhan finansial yang akan mencukupi kebutuhan hidup seseorang dan juga propaganda politik yang menarik untuk seseorang. 

Faktor-faktor penyebab paham radikalisme dapat menyerang seseorang dikarenakan beberapa faktor, diantaranya : Pertama, radikalisme dapat berkembang karena adanya pemikiran, bahwa segala sesuatunya harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan menggunakan kekerasan.

Kedua, faktor ekonomi dapat menjadi penyebab seseorang bergabung dengan paham radikalisme, hal banyak terjadi di berbagai negara memuncul di berbagai negara. 

Ketiga, masalah politik dapat mendorong sebagian masyarakat, berpikiran bahwa seorang pemimpin negara hanya berpihak pada kelompok tertentu, sehingga mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan. 

Keempat, sebagian masyarakat kelas ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal, karena dianggap dapat membawa perubahan drastis pada hidup mereka (faktor sosial). 

Kelima, Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis. 

Keenam, pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalisme di berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang. 

Selain itu, paham radikalisme merupakan sesuatu yang dapat merugikan bagi seseorang, bangsa maupun Negara, terutama di Indonesia. Untuk itu perlu adanya strategi agar seseorang tidak mudah terkena paham radikalisme. 

Beberapa strategi berikut, dapat menjadi cara dalam mencegah timbulnya radikalisme di tengah masyarakat, diantaranya : 

Memperkenalkan Ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi.

Memahamkan Ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. 

Meminimalisir kesenjangan sosial. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat.

Berperan aktif dalam melaporkan Radikalisme dan Terorisme. Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, entah itu kecil maupun besar.

Menyaring Informasi yang didapatkan. Dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bias dating dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar.

Mengacu pada penjelasan tersebut, radikalisme merupakan tindakan kejahatan yang mempunyai akar dan jaringan kompleks yang tidak hanya bisa didekati dengan pendekatan kelembagaan melalu ipenegakan hukum semata. Keterlibatan komunitas masyarakat terutama lingkungan lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat dan partisipasi generasi muda, sangat ampuh dalam mencegah timbulnya paham radikalisme. Sebab itu, dibutuhkan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam memerangi terorisme demi keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara.






Penulis adalah Mahasiswa S3 STIK, PTIK Angkatan 5


×
Berita Terbaru Update