-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Muscab Pramuka Cilegon Diwarnai Isu Bagi-bagi Jatah Kekuasaan

Rabu, September 10, 2025 | September 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-10T04:13:38Z
Muscab Pramuka Cilegon Diwarnai Isu Bagi-bagi Jatah Kekuasaan


Cilegon, preessroom.co.id – Menjelang Musyawarah Cabang (Muscab) Gerakan Pramuka Kota Cilegon yang dijadwalkan digelar pada Kamis, 11 September 2025, tensi politik internal organisasi mulai memanas. Alih-alih menjadi ajang konsolidasi kepemimpinan berdasarkan rekam jejak dan dedikasi kepramukaan, proses ini justru digoyang isu bagi-bagi kekuasaan yang mengemuka di balik layar.


Sejumlah sumber di lingkungan Kwartir Ranting (Kwarran) Pramuka Cilegon mengungkapkan kekhawatiran atas manuver politik yang dilakukan tim sukses Robin Fajar, salah satu figur berpengaruh dalam lingkaran kekuasaan lokal. Robin disebut-sebut tengah menggalang dukungan untuk mendorong Ersa Herdiansyah sebagai calon Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Cilegon.


Masalahnya, nama Ersa dinilai asing di kalangan aktivis Pramuka. “Rekam jejaknya di dunia kepramukaan nol besar,” ujar salah satu Mantan Ketua DKC Kota Cilegon Alawi.


Ia menyayangkan arah Muscab kali ini yang diduga kuat lebih menuruti selera kekuasaan dibanding kepentingan pembinaan generasi muda.


“Ini bukan sekadar organisasi. Pramuka adalah lembaga pendidikan karakter berbasis Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010. Tidak bisa sembarangan diisi orang yang tak paham ruh dan struktur kepramukaan,” lanjutnya.


Isu pembagian “jatah” kekuasaan di beberapa organisasi kepemudaan dan pendidikan pun ikut mencuat. Nama-nama yang didorong dalam Muscab bukan berasal dari Kader-kader lapangan yang telah lama berkeringat dalam kegiatan Pramuka, melainkan mereka yang punya kedekatan politik dengan Wali Kota atau Wakil Walikota dan lingkaran birokrasi tertentu.


Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Sejumlah aktivis Pramuka Cilegon menyayangkan langkah wali kota dan wakilnya yang dinilai keliru dalam mendukung figur yang minim pengalaman di lapangan.


“Dari dulu, ketua Kwarcab Cilegon biasanya diisi oleh kalangan birokrat. Tapi setidaknya mereka punya track record dan paham dunia kepramukaan. Sekarang, kita sedang bicara soal seseorang yang bahkan tak dikenal di gugus depan atau satuan karya,” kata salah satu pengurus Kwarcab lama yang enggan disebutkan namanya.


Mereka mempertanyakan: ke mana arah Pramuka Cilegon akan dibawa?


Sebagai organisasi pendidikan non-formal yang menjadi mitra strategis sekolah dalam membentuk karakter, Pramuka tak semestinya menjadi ladang kompromi politik. Muscab seharusnya menjadi ruang demokratis yang mendorong pemimpin berdasarkan kapabilitas dan komitmen terhadap pembinaan generasi muda, bukan arena titip-menitip kepentingan. (Mdrs/*)

×
Berita Terbaru Update