Serang – Di Kampung Tampakaso, Desa Angsana, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, jalan bukan sekadar jalur penghubung. Ia adalah penanda apakah negara benar-benar hadir. Sayangnya, sudah lebih dari dua dekade, jalan sepanjang lima kilometer itu tak lebih dari hamparan batu licin yang basah dan penuh lubang, seolah menanti korban berikutnya.
Jalan ini satu-satunya akses warga menuju Kota Cilegon pusat aktivitas ekonomi dan layanan publik terdekat. Tapi yang mereka hadapi setiap hari bukan kenyamanan, melainkan kecemasan. Terutama saat hujan turun, ketika bebatuan di jalan menjadi licin dan membahayakan setiap pengendara yang melintas.
“Kalau hujan, motor sering jatuh. Terlebih pada malam hari juga gelap, tidak adanya lampu. Kami benar-benar was-was setiap hari,” ujar Mad Rais, warga setempat pada Minggu, 22 Juni 2025.
Ia menerangkan bahwa masyarakat Tampakaso sempat iuran untuk pembangunan jalan yang rusak.
"Kalo jalannya datar sih gak masalah ini kan jalannya nanjak jurang lagi samping jalannya, kadang masyarakat sekitar yang iuran buat bangun jalan," jelasnya.
Keluhan soal rusaknya jalan bukan cerita baru di desa ini. Sudah berulang kali disuarakan ke pemerintah desa, namun tak satu pun yang ditindaklanjuti. “Kami seperti berbicara ke tembok. Sudah capek menyampaikan, tidak juga direspons,” kata Rais dengan raut kesal.
Ironisnya, setiap tahun desa ini menerima kucuran dana miliaran rupiah dari pemerintah pusat melalui Dana Desa. Namun jalan yang menjadi nadi kehidupan warga justru terabaikan. Seolah pembangunan hanya milik papan proyek dan rapat-rapat seremonial.
“Sudah 25 tahun jalan ini dibiarkan rusak. Bahkan belum pernah diperbaiki sama sekali. Masyarakat lama-lama jadi apatis,” terang Rais lirih.
Lebih dari sekadar akses fisik, jalan rusak ini adalah simbol dari buruknya tata kelola dan kegagalan pemerintah dalam menjalankan mandat pembangunan merata. Di tengah geliat proyek infrastruktur nasional, Kampung Tampakaso seperti wilayah yang sengaja dilupakan.
Warga berharap, ada perhatian nyata dari pemerintah kabupaten maupun provinsi. Bukan sekadar janji, tapi langkah konkret yang bisa mereka rasakan di atas aspal, bukan batu licin.
“Kami tidak menuntut jalan tol, kami hanya ingin akses yang layak agar bisa hidup nyaman dan aman di kampung sendiri,” pungkas Rais.
Jalan rusak,udah lama apa lagi hujan bikin takut lewat jalan situ ,kalo jalannya datar sih gak masalah ini kan jalan nya nanjak jurang lagi samping jalannya, kadang masyarakat sekitar yang iuran buat bangun jalan.