Cilegon - Di tengah adanya polemik pemagaran kawat yang diduga dilakukan oleh pihak hotel Allisa Resort, yang berlokasi di Kampung Pegadungan, Desa Anyer, Kecamatan Anyar memasuki babak baru.
Dengan adanya permasalahan tersebut menjadi perbincangan publik, Ketua Badan Pengawas Desa (BPD) Desa Anyer, sekaligus tokoh masyarakat Kampung Pegadungan, Aan Supardi pun angkat bicara ketika di wawancarai pada Kamis, 12 September 2024.
Ia menyampaikan, bahwa soal masalah pemagaran kawat berduri tersebut, diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.
"Jadi pemagaran kawat di pesisir atau dipagar itu, saya juga mendapat informasi dari nelayan yang dalam hal ini yaitu Buang Fajar Bahari atau yang akrab disapa Panglima. Kemarin kita mencoba untuk konfirmasi dengan kepala desa, dan kepala desa pun menyerahkan ke masyarakat," ungkapnya kepada wartawan saat dimintai tanggapan pada Kamis, (12/09/2024).
Menurut penuturannya, soal polemik hotel Allisa dengan masyarakat sekitar ternyata terjadi bukan kali ini saja.
"Ada beberapa masalah yang akhirnya tak kunjung menemui titik terang, masyarakat Pegadungan khususnya dengan unsur desa dan pemuda pernah mengajukan beberapa poin permintaan, karena berawal dari masyarakat yang masuk lewat gerbang depan namun di stop tidak diperbolehkan masuk," ungkapnya.
"Dan ini kita juga bukan kali ini saja, dulu juga ada masyarakat yang mau masuk melalui gerbang itu distop tidak boleh masuk, makannya sempat kita musyawarah dengan pemuda, masyarakat, waktu itu juga dihadiri oleh kepala desa, BPD, mencoba untuk membuat poin-poin yang diajukan ke pihak pengusaha hotel," jelasnya.
"Poin-poin permohonannya dari masyarakat antara lain jalan akses masuk, walaupun 1 meter kita minta, tempatnya waktu itu kita minta diujung antara Mandalika dengan Hotel Allisa, dan ternyatakan tidak ada respon dari mereka," imbuhnya.
Hingga waktu itu karena tak mendapatkan titik temu, Aan selaku ketua BPD yang juga tokoh masyarakat Kampung Pegadungan pernah juga berupaya membuka obrolan dengan pihak hotel.
"Waktu itu saya follow up juga saya sendiri datang, terlepas waktu itu saya sebagai anggota BPD atau bukan, yang jelas saya ingin silaturahmi ke manajernya pada saat itu, dan saya dibenturkan oleh Kasepuhan H Aeng," ungkapnya.
"Saya waktu itu komunikasi dan konfirmasinya dengan H Aeng, H Aeng sendiri tidak memberikan solusi juga kan gitu, karena beliau juga bukan eksekutor yah, bukan yang mempunyai keputusan, makannya beliau konfirmasi dengan pemilik hotel waktu itu, ya sampai dengan sekarang, tidak ada istilahnya kabar berita yang baik untuk masyarakat. Hanya ada kelonggaran untuk masuk, mereka harus menyimpan KTP di Pos," imbuhnya.
Adapun permintaan nelayan khususnya yang berasal dari Kampung Pegadungan dan sekitarnya, meminta kepada pihak Allisa untuk memberikan akses masuk ke arah pantai.
"Pihak nelayan itu tetap ingin akses masuk ke arah pantai, terus ke duanya kita juga ingin pantai itu bisa terlihat dari jalan raya, sebelum dibangun yah, sebelum ditinggiin pagar itu," pungkasnya.
Selain itu, diketahui pihak hotel juga tidak pernah memberikan kontribusi kepada para nelayan sekitar, baik dalam bentuk CSR atau yang lainnya.
"Terus nelayan istilahnya, adalah setidaknya kontribusi barangkali kepada pihak nelayan. Dalam bentuk mungkin CSR atau apa kan gitu tuh," ungkapnya.
"Tidak ada, malah yang ada nelayan itu diusir dengan Iming-iming, akan diberi uang, nominalnya mungkin saya juga belum tahu persis berapa, nanti silahkan koordinasi dengan pihak nelayan yah. Itu menjadi, Pengaduan-pengaduan dari pihak nelayan seperti itu," jelasnya.
Aan juga menegaskan, jika masalah ini tak kunjung digubris dan menemui titik terang, pihaknya akan kembali melakukan audiensi.
"Kalau kita sih rencananya kejadian ini tidak direspon atau tidak ditanggapi, kemungkinan kita juga akan mencoba untuk audiensi juga gitu, atau sowan lah ke pihak Allisa kembali. Waktu itu memang kita, mencoba untuk rencana demo, cuma kenapa harus demo kalau selagi masih ada kepala yang dingin kita saling duduk bareng kan begitu," ungkapnya.
Saat ditanya ada kemungkinan demonstrasi ke pihak Allisa, ia juga tidak menutup kemungkinan.
"Waktu itu juga, pihak masyarakat dari luar Pegadungan pun siap, seperti kampung yang di dalam tuh, seperi Siring, Pematang, kan gitu," pungkasnya.
Diketahui sekitar pesisir pantai hotel Allisa itu memang dulunya adalah tempat memancing, dan tempat sandarnya Perahu-perahu nelayan.
"Karena memang kita tahu di Allisa ini, dulunya memang pantainya tempat banyak orang mancing kan gitu, kenapa dulu disebut Legon Jukung juga, Legon Jukung itu ya tempatnya Perahu-perahu kecil untuk nelayan Pegadungan, malah dulu ada perahu motor juga dulu kakek saya juga punya, dulu nyandarnya di Legon Jukung atau Allisa," tambahnya.
Harapan kepada pihak hotel Allisa sendiri, agar diberikan akses masuk dengan mudah, dan kawat yang ada di sekitar pagar itu segera dilepas.
"Harapan para nelayan dan masyarakat Pegadungan, ya itu, akses jalan untuk para nelayan dan masyarakat Pegadungan yang mau ke Pantai ke Laut, dan Kawat itu pengen segera dilepas," ungkap salah satu nelayan Pegadungan, Buang Fajar Bahari atau yang akrab disapa Panglima.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak hotel Allisa.