Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengapresiasi hubungan diplomatik Indonesia-Jepang yang sudah terjalin selama 65 tahun. Menteri Basuki berharap kerjasama yang sudah terjalin semakin kuat dan terus berlanjut, khususnya di bidang infrastruktur.
"Kerja sama Indonesia-Jepang di bidang infrastruktur PUPR dimulai dengan pembangunan Bendungan Multifungsi Karangkates tahun 1968, kemudian diikuti pengembangan Irigasi Komering di 1982," kata Menteri Basuki dalam Simposium bertajuk "Next Generation Leaders - Connecting Indonesia-Japan" untuk merayakan 65 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang pada Rabu, (15/11/2023).
Ditambahkan Menteri Basuki, kerja sama Indonesia-Jepang berikutnya di bidang infrastruktur adalah pengelolaan wilayah Sungai Brantas dari 1961 hingga 2002 yang berperan penting dalam mengurangi banjir di Kota Surabaya dan sekitarnya.
"Kerja sama Indonesia-Jepang juga berjalan dalam penanggulangan bencana erupsi gunung api lewat teknologi Sabo untuk mengantisipasi aliran debris dan pengendalian sedimen dalam suatu bentang alam, khususnya sungai. Kerjasama ini lebih dari sekedar kerjasama teknis, tapi merupakan bukti betapa kuatnya kerja sama Indonesia-Jepang," kata Menteri Basuki.
Untuk itu Menteri Basuki mengungkapkan telah menyampaikan usulan kepada Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism (MLIT) Jepang dan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk melakukan peremajaan/revitalisasi Balai Teknik Sabo yang sempat dikunjungi Yang Mulia Kaisar Jepang Naruhito pada 21 Juni 2023 lalu.
Balai Teknik Sabo adalah balai di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR yang bertugas melaksanakan pengembangan, perekayasaan, dan pelaksanaan pelayanan teknis pengujian, pengkajian, inspeksi dan sertifikasi di bidang sabo. Balai Teknik Sabo juga memiliki vertical sabo training center untuk melakukan pelatihan bidang sabo. Pelatihan ini tidak hanya diikuti oleh engineer Indonesia saja tapi juga dari India, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Papua Nugini.
Dikatakan Menteri Basuki, sejak tahun 1970 tercatat lebih dari 350 pakar teknologi Sabo dari Jepang dikirim ke Indonesia untuk membangun Sabo. "Lewat kerja sama ini, Indonesia telah mengirim lebih dari 100 orang insinyur untuk mempelajari teknologi Sabo di Jepang dan sebanyak 277 Sabo Dam dibangun di Indonesia," ujarnya.
Selain kerja sama dalam teknologi Sabo, Menteri Basuki mengatakan, saat ini Pemerintah Jepang melalui JICA juga berpartisipasi dalam pendampingan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk menjamin kualitas pembangunan. "Seperti kita ketahui, Jepang dikenal dengan keakuratan dan kerapihan dalam bekerja hingga tingkat yang sangat detail," ujarnya.
Chief Representative JICA Indonesia Office Yasui Takehiro mengatakan, pertemuan ini adalah momen yang sangat baik untuk mendiskusikan pengembangan kerja sama Jepang dan Indonesia di berbagai bidang ke depannya, antara lain di bidang jalan dan jembatan, sumberdaya air, air dan sanitasi, energi terbarukan, hingga kesehatan.
Turut hadir mendampingi Menteri Basuki, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Bob Arthur Lombogia, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, dan Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan Maulidya Indah Junica. (*)